Kamis, 29 Januari 2015 - Bandung
Pramuji... Sebuah nama yang telah ku kenal selama 20 thn aku hidup didunia. Wanita ini adalah wanita yang mulia hatinya. Wanita yang mengasuhku dari umurku 2 hari dan intensif sampai umurku 4 tahun. Beliau bukan kandungku. Namun aku anggap ia kandungku. Ia dan suaminya adalah teman karib papa dan mama ku. Saat aku lahir senin, 24 oktober 1994 16.40 wib. Ia datang menyambut kelahiranku. Ia menawarkan diri untuk mengasuhku. Ia mulia. Aku sebut ia ibu dan suaminya dengan kata ayah. Selama beliau menikah allah swt tidak menitipkan anak padanya. Sehingga ia sudah lama menikah, ingin memiliki anak. Aku dianggap seperti kandungnya. Hari demi hari aku lalui dengan keteguhan hati. Aku beruntung memiliki kedua orngtua kandung dan kedua orng tua angkat. Beruntungnya aku...
2 tahun lalu ayahku pensiun dari perusahaan dimana ia bekerja puluhan tahun. Kehidupan ayah ibu dan anaknya berubah 360 derajat. Ibuku smakin hari semakin kurus badannya begitupum ayahku. Entah apa yg mereka fikirkan sehingga dampaknya ada dibadan mereka. Semakin aku bertambah umur semakin aku jarang berkomunikasi dengan mereka. Kesibukan dan pergaulan aku menyita semuanya sehingga aku susah bertemu mereka. Kini aku semakin jauh jarak dengan mereka. Semakin aku sering lupa akan ingat tentang mereka yang mengasuhku dengan penuh kasih sayang dan tak ternilai harganya. Semenjak mereka pensiunpun aku karang sekali berkunjung. Iya hanya 1 kali! Bodohnya aku. Terakhir aku bertemu saat bulan puasa tahun lalu, saat mereka berkunjung ke kota yg sama dan sengaja juga mengunjungi aku. Tersentak aku kaget, hati terasa di tekan sedalam-dalamnya ketika aku liat betapa semakin kurusnya ibuku dan ayahku sedikit juga kurus tapi tidak sedrastis ibuku!. Aku tak mampu berkata apa apa. Entahlah itu smakin mengusik fikiran aku untuk ingin tau namun takuy bertanya padanya :(.
Saay tahun lalu di saat lebaran haji aku pulang dan bertanya kepada mamaku akan keadaan ibuku. Mamaku berkata 'ibumu nampaknya ada sakit nak di bagian perutnya' dan aku langsung meminta mama untuk menolong ibuku sebisa mungkin dan ingin mengetahui apa yg sedang ibuku derita. Dan usaha mamaku tidak diterima ibuku yg beralasan takut dan biaya.
Aku menulis ini tidak tau harus bicara dengan siapa dan bagaimana cara aku mengungkapkannya. 2 minggu lalu aku melihat pict bbm ibuku dan situasi di rumah sakit. Terlihat ibuku mengenakan pakaian pasien, berjilbab dan pucat. Saat ku tanya beliau bilang pembengkakan limpaa dab meminta doa padaku untuk tidak terjadi apa apa padanya. Dan aku langsung beritahu pada mamaku. Sekarang ibuku kabarnya semakin memburuk. Mamaku tadi pagi menelpon aku dan ia bilang ibuku sakit leukimia dan mium. Entah apa yg langsung terfikir dikepala aku dan aku hanya bisa menangis dan menangis. Sampai sekarang aku tak tau harus melakukan apa!. Bukan penyakit yang ringan dan mudah disembuhkan seperti demam atau flu. Ini kanker darah putih , tidak ada obatnya hanya ada memperlambat perkembangannya dan sangat membutuhkan uang banyak. Saat mama aku memberitahuku hal penyakit ibuku, sentak aku bilang 'ma bantu ibu ya ma. Nggak ada lagi tempat penolong keluarganya selain kita ma dan inget dia yg nolong mama buat mengasuh aku'.
Ya allah ujian seperti apa lagi yang kau berikan kepada ayah dan ibuku. Cukuplah ya allah. Lihat kehidupan mereka ya allah.... Ia wanita yang mengasuhku, ia wanita menolong papa mamaku, iya wanita mulia ya allah. Kenapa harus kau berikan penyakit mematikan padanya?!. Ia masih punya suami dan 1 anaknya yang harus ia beri sejuta kasih sayang. Ibuku... Maafkan aku yang masih belum berbakti padamu. Walau kau bukan kandungku kau ibuku...
Dirimu sehat, dirimu kuat dan dirimu bahagia, senyummu saja sudah buatku bahagia bu...
I love you ibu...
Pramuji... Sebuah nama yang telah ku kenal selama 20 thn aku hidup didunia. Wanita ini adalah wanita yang mulia hatinya. Wanita yang mengasuhku dari umurku 2 hari dan intensif sampai umurku 4 tahun. Beliau bukan kandungku. Namun aku anggap ia kandungku. Ia dan suaminya adalah teman karib papa dan mama ku. Saat aku lahir senin, 24 oktober 1994 16.40 wib. Ia datang menyambut kelahiranku. Ia menawarkan diri untuk mengasuhku. Ia mulia. Aku sebut ia ibu dan suaminya dengan kata ayah. Selama beliau menikah allah swt tidak menitipkan anak padanya. Sehingga ia sudah lama menikah, ingin memiliki anak. Aku dianggap seperti kandungnya. Hari demi hari aku lalui dengan keteguhan hati. Aku beruntung memiliki kedua orngtua kandung dan kedua orng tua angkat. Beruntungnya aku...
2 tahun lalu ayahku pensiun dari perusahaan dimana ia bekerja puluhan tahun. Kehidupan ayah ibu dan anaknya berubah 360 derajat. Ibuku smakin hari semakin kurus badannya begitupum ayahku. Entah apa yg mereka fikirkan sehingga dampaknya ada dibadan mereka. Semakin aku bertambah umur semakin aku jarang berkomunikasi dengan mereka. Kesibukan dan pergaulan aku menyita semuanya sehingga aku susah bertemu mereka. Kini aku semakin jauh jarak dengan mereka. Semakin aku sering lupa akan ingat tentang mereka yang mengasuhku dengan penuh kasih sayang dan tak ternilai harganya. Semenjak mereka pensiunpun aku karang sekali berkunjung. Iya hanya 1 kali! Bodohnya aku. Terakhir aku bertemu saat bulan puasa tahun lalu, saat mereka berkunjung ke kota yg sama dan sengaja juga mengunjungi aku. Tersentak aku kaget, hati terasa di tekan sedalam-dalamnya ketika aku liat betapa semakin kurusnya ibuku dan ayahku sedikit juga kurus tapi tidak sedrastis ibuku!. Aku tak mampu berkata apa apa. Entahlah itu smakin mengusik fikiran aku untuk ingin tau namun takuy bertanya padanya :(.
Saay tahun lalu di saat lebaran haji aku pulang dan bertanya kepada mamaku akan keadaan ibuku. Mamaku berkata 'ibumu nampaknya ada sakit nak di bagian perutnya' dan aku langsung meminta mama untuk menolong ibuku sebisa mungkin dan ingin mengetahui apa yg sedang ibuku derita. Dan usaha mamaku tidak diterima ibuku yg beralasan takut dan biaya.
Aku menulis ini tidak tau harus bicara dengan siapa dan bagaimana cara aku mengungkapkannya. 2 minggu lalu aku melihat pict bbm ibuku dan situasi di rumah sakit. Terlihat ibuku mengenakan pakaian pasien, berjilbab dan pucat. Saat ku tanya beliau bilang pembengkakan limpaa dab meminta doa padaku untuk tidak terjadi apa apa padanya. Dan aku langsung beritahu pada mamaku. Sekarang ibuku kabarnya semakin memburuk. Mamaku tadi pagi menelpon aku dan ia bilang ibuku sakit leukimia dan mium. Entah apa yg langsung terfikir dikepala aku dan aku hanya bisa menangis dan menangis. Sampai sekarang aku tak tau harus melakukan apa!. Bukan penyakit yang ringan dan mudah disembuhkan seperti demam atau flu. Ini kanker darah putih , tidak ada obatnya hanya ada memperlambat perkembangannya dan sangat membutuhkan uang banyak. Saat mama aku memberitahuku hal penyakit ibuku, sentak aku bilang 'ma bantu ibu ya ma. Nggak ada lagi tempat penolong keluarganya selain kita ma dan inget dia yg nolong mama buat mengasuh aku'.
Ya allah ujian seperti apa lagi yang kau berikan kepada ayah dan ibuku. Cukuplah ya allah. Lihat kehidupan mereka ya allah.... Ia wanita yang mengasuhku, ia wanita menolong papa mamaku, iya wanita mulia ya allah. Kenapa harus kau berikan penyakit mematikan padanya?!. Ia masih punya suami dan 1 anaknya yang harus ia beri sejuta kasih sayang. Ibuku... Maafkan aku yang masih belum berbakti padamu. Walau kau bukan kandungku kau ibuku...
Dirimu sehat, dirimu kuat dan dirimu bahagia, senyummu saja sudah buatku bahagia bu...
I love you ibu...